Pasukan GAM Berhasil Lolos dari Kepungan 5.000 Prajurit TNI di Rawa Cot Trieng

Sejarah

Sofyan Daod bersama pasukannya [Foto: ASNLF]

Penulis:Bearita.com

Pada 4 November 2002, juru bicara pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Sofyan Daod menghubungi media, memberi tahu bahwa ia dan pasukannya dikepung oleh sekitar 5.000 TNI di rawa Cot Trieng, Kecamatan Muara Dua, Kabupaten Aceh Utara.

Sofyan Daod mengatakan bahwa pengepungan dilakukan dengan menggunakan kenderaan perang seperti panser dan alat berat tempur lainnya.

Sofyan Daod mengancam, jika pasukan TNI yang melakukan pengepungan itu tidak ditarik, GAM akan menyerang pos-pos TNI di seluruh Aceh.

Memasuki minggu kedua pengepungan Cot Trieng, Panglima Kodam (Pangdam) Iskandar Muda Mayjen M Djali Yusuf menemui Panglima TNI Jendral Endriartono Sutarto di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta. Pada kesempatan itu Pangdam melaporkan pengepungan TNI terhadap GAM di Cot Trieng.

Menurut Djali Yusuf, pihak TNI masih mengedepankan pendekatan persuasif dengan menghimbau kepada GAM untuk menyerahkan diri. Himbauan dilakukan termasuk dengan menggunakan helikopter untuk menyebarkan selebaran kepada GAM melalui udara, serta himbauan melalui pengeras suara. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Kasad TNI Ryamizard Ryacudu.

Isu pengepungan GAM telah menarik perhatian banyak kalangan, khususnya pers. Beberapa TV swasta nasional di Indonesia, seperti Metro TV, Indosiar, TV7, TPI, SCTV, dan berbagai media lainnya menurunkan kameramen dan reporter mereka untuk melakukan liputan langsung peristiwa tersebut.

Hasil rekaman mereka dari udara yang disirakan di TV memeperlihatkan suasana yang sangat menegangkan. Di sepanjang sisi rawa-rawa Cot Trieng terlihat deretan pasukan TNI dengan posisi siap tempur dengan panser dan kenderaan lapis baja (tank). TNI juga mendirikan pos-pos darurat di sekitar lokasi pengepungan.

Kampung-kampung di sekitar rawa Cot Trieng jadi kosong, hanya terlihat pasukan TNI yang lalu lalang dalam jumlah besar. Tidak jauh dari posisi aparat TNI berjejer, di balik atau di dalam rawa-rawa ratusan anggota GAM diyakini telah mengambil posisi berlindung dan siap perang untuk menghadapi serangan yang kapan saja kemungkinan dilakukan TNI.

Menurut Sofyan Daod, ketika terkepung di rawa Cot Trieng mereka pernah menerima serangan mortil dan serangan udara melalui helikopter dan tembakan-tembakan alteleri. Menurutnya, GAM tidak akan pernah menyerah kepada pemerintah RI dan akan terus berjuang untuk memerdekaan Aceh sampai titik darah terakhir. “Kami memilih syahid” katanya kala itu. Sementara menurut Danrem Lilawangsa Kolonel AY Nasution, tembakan yang dilakukan TNI itu hanya merupakan tembakan peringatan.

Peristiwa pengepungan GAM di rawa Cot Trieng itu menarik perhatian internasional. Para wartawan asing mencoba mencari informasi terkait peristiwa tersebut. Pada 14 November 2002, pengepungan terhadap GAM di Cot Trieng oleh pasukan TNI sudah mencapai jarak yang sangat dekat. Kedua pasukan hanya berjarak sekitar 200 meter. Masing-masing pihak dalam jarak bidik dan siap tembak. Komandan Korem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf AY Nasution memimpin langsung pengepungan tersebut.

Pengepungan GAM itu sudah berbentuk huruf O dari sebelumnya yang berbentuk huruf L yang dipersempit dari model huruf U, dan terakhir dipermanenkan dengan model pengepungan huruf O dimana GAM diyakini TNI masih terkurung di dalamnya.

Hal ini diyakini pula oleh TNI akan menyempitkan ruang gerak GAM dan mempermudah penyerangan oleh TNI karena wilayah pengepungan hanya sekitar dua kilometer saja.

Namun ajaibnya, setelah dua bulan dikepung 5.000 TNI dalam jarak yang sangat dekat tersebut, TNI tak menemukan satu pun pasukan GAM di sana. Entah lewat celah mana mereka keluar dari rawa-rawa itu. Media nasional dan internasional yang sudah mengirim jurnalisnya ke sana pun tidak mendapatkan berita "wah" yang mereka harapkan.

sumber: quora

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved