Keutamaan Memberi Hidangan Berbuka Untuk Orang Lain Yang Berpuasa

Religi

Ilustrasi

Penulis:Bearita.com

Rasulullah ﷺ bersabda

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا.

“Barang siapa memberi buka untuk orang berpuasa, maka dia mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.”  Shahih [Shahih al-Jamiʼ, 6415]. H.R. At-Tirmidzi (807), Ibnu Majah (1746).

• Porsi Membukakan Puasa yang Membuatnya Bisa Mendapatkan Keutamaan di Atas. 

Imam al-Amir ash-Shan‘ani rahimahullah menerangkan, 

(من فطر صائمًا) أعطاه ما يفطر به ولو جرعة من ماء (كان له مثل أجره) أي مثل أجر صومه.

"(Barang siapa memberi buka untuk orang berpuasa) artinya memberikan sesuatu untuk orang berbuka puasa. Meskipun hanya seteguk air, (maka dia mendapatkan pahala orang yang berpuasa) yakni pahala puasanya.” 
At-Tanwir, 10/329. Lihat pula: Al-Minhaj al-Qawim, 1/520. 

Fokus di pernyataan Imam ash-Shan‘ani di atas, “meskipun hanya seteguk air”, jadi untuk memberikan hidangan berbuka untuk orang yang berpuasa tidak harus dengan porsi makan besar atau kue yang beragam. 

Jika itu mudah, tentu sangat baik. Namun, ketika tidak mampu banyak, jangan dianggap seakan-akan tertutup kesempatan untuk mendapatkan pahala amalan ini. Berkata Imam Nawawi rahimahullah, 

قَالَ الْمُتَوَلِّي فَإِنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى عَشَائِهِ فَطَّرَهُ عَلَى تَمْرَةٍ أَوْ شَرْبَةِ مَاءٍ أَوْ لَبَنٍ.

“(Al-Faqih) al-Mutawalli mengatakan: jika seseorang tidak mampu memberi buka puasa dengan hidangan makan malam [makan berat], maka dia bisa memberi buka dengan kurma, air minum, atau susu.” Al-Majmuʼ, 6/363.

• Apakah keutamaannya hanya didapat jika yang dibukakan puasa ialah orang miskin? 

Tidak harus orang miskin. 

Bahkan orang yang berkecukupan pun, baik teman atau kerabat, jika kita memberinya hidangan untuk berbuka; atau kita mengundangnya ke rumah untuk buka bersama; maka juga akan mendapatkan keutamaan ini. 

Al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah menerangkan, 

الحديث عام يعم الغني والفقير، والفرض والنفل، وفضل الله واسع سبحانه وتعالى.

“Hadits di atas bersifat umum. Membukakan orang yang berkecukupan dan orang miskin, pada puasa wajib atau sunnah. Keutamaan Allah subhanahu wa ta‘ala amat luas.” Majmuʼ Fatawa wa Maqalat, 25/207.

Dan tentu saja, bila ada orang miskin maka lebih dianjurkan lagi. Syaikh Muhammad al-‘Utsaimin berkata, 

ينبغي للإنسان أن يحرص على تفطير الصوام بقدر المستطاع لاسيما مع حاجة الصائمين وفقرهم أو حاجتهم لكونهم ليس في بيوتهم من يقوم بتجهيز الفطور لهم وما أشبه ذلك.

“Hendaklah seseorang bersemangat untuk memberi hidangan berbuka untuk orang yang berpuasa sesuai kemampuan yang ada padanya. 

Terlebih lagi, jika mereka yang berpuasa itu orang yang membutuhkan serta miskin, seumpama tidak ada di rumah mereka orang yang mampu menyiapkan buka puasa ataupun yang semisal ini.” Syarah Riyadhus Shalihin, 5/314.

‎✍ Hari Ahadi (NasehatEtam)

Terkait
Sumber Referensi Cerdas | Beragam Informasi Unik dan Berani
Copyright ©2024 bearita.com All Rights Reserved